Web Design

product 1

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Quisque nec dictum tortor.

Multimedia

product 1

Proin eleifend quam eu purus aliquet scelerisque. Sed non nibh a urna tristique vestibulum.

Customizations

product 1

Morbi suscipit, nisl eget porttitor hendrerit, arcu sapien cursus enim, id luctus felis metus urna.

Aku merangkak menuju ranjang Ibuku yang dingin, sempit dan keras. Ketidakmampuanku untuk berdiri dan berbicara menyebabkan segalanya terasa begitu berat. Ditambah lagi dendam pada Ibuku yang memiliki tangan yang kuat, yang mampu membuatku semakin terjatuh saat ia memukulku. Dengan cinta, ya, itulah pembelaan yang dilakukan Ustad Andi atas pengaduanku padanya.
Wanita itu duduk di sudut tempat tidurnya sejak pulang dari mesjid pukul 05.15 hingga 08.05.Tak beranjak sedikitpun. Di tangannya yang sudah dipenuhi tanda-tanda penuaan tetap tergenggam erat Qur’an kecil yang lengkap dengan terjemahannya.
Ada seorang ibu mempunyai tiga orang anak. Ketika hujan turun dengan derasnya, sang ibu sambil duduk menulis surat dengan serius.

Datanglah anak pertama dan berkata kepadanya, "Bu, aku mengasihimu!" Mendengar kakaknya berkata demikian, adik kedua tidak mau ketinggalan. Ia datang mendekati ibunya, lalu berkata pula, "Ibu, di antara kami bertiga, akulah yang lebih mengasihi ibu!"
Aku ingin hidup karena aku rindu dengan sosok bernama Ibu. Aku ingin melihat wajahnya yang sendu nan redup. Aku ingin merasakan dekapannya yang hangat. Aku ingin merasakan buaian cinta dan kasih sayangnya. Begitulah kata para malaikat yang selama ini menemaniku selama ini. Aku rindu....aku rindu ingin melihat ibu yang katanya lebih sempurna dari teman-temanku....para malaikat.
Entah mengapa bu
Setiap senja selalu ada pelangi mega di jantungku
Menggantung warnanya inda
Merah menyala seperti warna kamarku dan menyatu dengan biru langit yang selalu aku benci
Aku ingat saat kau berkata padaku : “mengapa kau menyukai warna merah Ra?”
Wahai Anakku!
Inilah surat dari ibumu yang lemah, yang ditulis dengan penuh rasa malu setelah lama mengalami keraguan dan kebimbangan. Ibu pegang penanya berkali-kali lantas terhenti, dan ibu letakkan lagi pena itu karena air mata berlinang berkali-kali yang disusul dengan rintihan hati.
Pada masa Dinasti Song, Propinsi Fujian, Kota Quanzhou, di Kabupaten Nan An, dalam keluarga GUO pada tanggal 22 bulan 2 Imlek terlahirlah seorang putra yang diberi nama GUO ZHONG FU / GUO HONG FU. Menurut cerita yang beredar, Guo Zhong Fu ini sejak kecil telah bekerja sebagai pengembala ternak dan sangat berbakti kepada orang tuanya. Dengan penuh ketelatenan dan kesabaran, ia merawat ibundanya yang telah cukup tua, sedangkan ayah tercintanya telah wafat sewaktu Zhung Fu masih kecil.
SubhanaLlah, Maha Suci Allah! Sangat mengharukan! Itulah sebagian besar ungkapan ratusan kawan di FB saat seorang teman share sebuah tayangan di SCTV tentang kisah anak usia 6 tahun mengurus ibunya yang lumpuh. Bahkan tidak sedikit di antara ratusan facebooker ini menitikkan air mata saat menyaksikan Sinar, nama bocah belia itu menampakkan bakti, cinta dan kasih sayangnya pada sang bunda, mengabaikan masa kecilnya pada saat anak-anak seusianya menghabiskan waktunya dengan bermain, sementara ia harus berada di samping bundanya yang sakit sejak dua tahun lalu,
Di dunia yang semakin modern dan penuh dampak globalisasi ini, nampak jelas banyak terjadi di sekitar kita ketika seorang anak menelantarkan orang tua mereka. Setelah sekian banyak peluh yang dikucurkan untuk memberikan kehidupan selayak mungkin kepada anak-anaknya. Banyak terjadinya fenomena seorang anak menjadi tuan bagi orang tua mereka sebenarnya telah di kabarkan sejak lama oleh Nabiyullah Muhammad SAW yang merupakan salah satu pertanda semakin mendekatnya dunia ini ke titik akhir.
HINGGA hari ini aku masih belum percaya ibu telah meninggal. Keluargaku memang belum pernah kehilangan. Kini aku begitu merindukan ibu. Menyesal belum sempat membuat ibu bahagia.

Kehilangan itu membuatku begitu hampa. Segalanya seolah menjadi tak berjiwa. Aku seakan tak mendengar bunyi apa pun, saat pulang ke rumah dan mengepak barang yang akan kubawa. Anak-anak dan istriku sudah siap dengan bawaan mereka. Tapi aku seolah kehilangan pijakan. Kedua kakiku rasanya melayang. Aku seolah meluncur ke dalam lubang yang tak bisa kuhentikan.
Dizaman dulu ada
seorang yang dikenal oleh masyarakat sekelilingnya bahwa ia adalah seorang yang
baik. Pada suatu waktu ia ingin sekali pergi ke Mekkah Al-Mukarramah, namun
orang tuanya tidak mengizinkannya pergi karena sayangnya kepada anaknya
tersebut.


Dibawah pohon,di sudut halaman belakang.14 tahun yang lalu aku menangis disana, saat ayahnda pergi untuk selamanya.Kemaren aku menangis lagi disana.Saat aku melihat keadaan ibu.
Firasat ini sudah lama kurasakan,saat rindu yang sangat akan ibu dan rumah,tetapi justru larangan untuk pulang yang aku terima.Aku bisa membayangkan bagaimana sedihnya mbak ida saat kami bicara lewat telp ” mbak bagaimana keadaan ibu? sehat ucap kakakku. bahkan saat aku bicara dengan ibu beliau selalu bilang kalo sehat selalu dan memintaku untuk selalu menjaga kesehatan.